Hwaaaa.. Sudah Januari saja.
Hmm... Desember yang baru saja berlalu, seperti apa yah? Kenapa cepat sekali berlalu?
Setelah di ingat2, Desember tahun lalu bukan sama sekali tanpa kesan. Banyak kesan malah. Tapi, mungkin karena aku sedang menunggu2, tepatnya kami sedang menunggu-nunggu, makanya aku tidak sadar bahwa Desember sudah berlalu.
Ada banyak sekali perbedaan Desember tahun lalu dengan 2 tahun lalu.
2 tahun lalu, aku melewati Desember dengan terseok-seok. Mencoba bangkit dari masa lalu, dan menghadapi masa depan. Tapi, Desember tahun lalu, semuanya seperti sudah lengkap. Seorang pendamping yang luar biasa, sebuah tempat tinggal yang nyaman, orang-orang tersayang yang ada dalam kondisi sehat, dan janin yang ada dalam rahimku... :)
Desember yang akan datang, seperti apa yah kira-kira...
Desember akan selalu menjadi favoritku. Tapi, saat ini, ada hal besar dan luar biasa yang sedang aku nanti2kan... Cepatlah hadir di tengah2 kami sayang.... :)
Thursday, January 27, 2011
Friday, October 1, 2010
Rumah
Aku rindu menulis. Setelah –entah inspirasi dari mana – aku tiba-tiba ingin berkunjung kembali ke blog yang sudah sangat lama aku tinggalkan, membaca kembali satu persatu tulisan yang pernah aku buat, dan aku merindukan menulis kembali…
Rasanya sudah sangat lama, dari tulisan terakhir yang aku posting. Dan segala sesuatunya sudah sangat jauh berubah… Aku tidak lagi sendiri sekarang. Juga bukan lagi seseorang yang merana karena putus cinta. Aku sudah menikah. Dan bahkan, sudah menjadi calon ibu… :)
Dalam kurang lebih 9 bulan ini, Allah memberiku banyak sekali hadiah. Mulai dari seorang laki-laki luar biasa yang begitu mudah untuk jatuh cinta kepadanya, janin di dalam rahimku, sampai sebuah tempat tinggal yang insya Allah sebentar lagi kami tempati.
Ya. Sebuah rumah. Untukku, suamiku, dan anak-anak kami. Sebuah rumah yang membuat kami menjadi keluarga yang seutuhnya. Rumah yang kami upayakan sampai tetes rupiah terakhir. Tidak besar memang, dan tidak mewah. Tapi, sangat cukup bagi kami. Dan dirumah itulah, akan kami bangun keluarga kami. Melalui hari demi hari bersama, menghadapi setiap masalah yang akan terjadi. Tertawa bersama, bersedih bersama, apapun lah yang penting tetap bersama. Dan semoga, kami akan tetap memiliki sebuah rumah untuk kami tempati bersama, di surga nanti…. :)
Rasanya sudah sangat lama, dari tulisan terakhir yang aku posting. Dan segala sesuatunya sudah sangat jauh berubah… Aku tidak lagi sendiri sekarang. Juga bukan lagi seseorang yang merana karena putus cinta. Aku sudah menikah. Dan bahkan, sudah menjadi calon ibu… :)
Dalam kurang lebih 9 bulan ini, Allah memberiku banyak sekali hadiah. Mulai dari seorang laki-laki luar biasa yang begitu mudah untuk jatuh cinta kepadanya, janin di dalam rahimku, sampai sebuah tempat tinggal yang insya Allah sebentar lagi kami tempati.
Ya. Sebuah rumah. Untukku, suamiku, dan anak-anak kami. Sebuah rumah yang membuat kami menjadi keluarga yang seutuhnya. Rumah yang kami upayakan sampai tetes rupiah terakhir. Tidak besar memang, dan tidak mewah. Tapi, sangat cukup bagi kami. Dan dirumah itulah, akan kami bangun keluarga kami. Melalui hari demi hari bersama, menghadapi setiap masalah yang akan terjadi. Tertawa bersama, bersedih bersama, apapun lah yang penting tetap bersama. Dan semoga, kami akan tetap memiliki sebuah rumah untuk kami tempati bersama, di surga nanti…. :)
Thursday, January 7, 2010
Kadang kita memang sangat sangat butuh untuk berbagi dengan orang yang senasib dengan kita. Orang yang juga merasakan hal yang sama dengan yang kita rasakan. Bukan cuma sekedar orang yang bersimpati dan memandang situasi dari sudut pandang mereka lalu mencoba memberikan masukan2 dan dukungan semangat.
Yah. Semuanya terasa sangat berbeda ketika kita bisa bertemu langsung dengan orang yang mengalami peristiwa yang sama dengan kita. Orang yang juga merasakan sakit yang sama, luka yang sama, dan keterpurukan yang sama.
Selama ini, aku hanya bercerita dan meminta orang lain untuk mendengarkan. Aku hanya berusaha membentuk opini mereka dan secara tidak langsung meminta mereka mendukung apa yang aku lakukan. Aku meminta mereka membenarkan apa yang aku lakukan. Dan pada akhirnya membuat mereka memberikan simpati dan dukungan terhadap apa yang aku lakukan. Mereka tidak pernah tau persis apa yang sebenarnya terjadi. Tidak pernah mengerti benar kenapa semua ini terjadi.
Tapi, ketika kita bertemu dengan orang yang mengalami hal yang sama, tak perlu banyak bicara. Tidak perlu membentuk opini dan tidak perlu meyakinkan mereka bahwa kita benar. Karena orang tersebut sudah mengerti apa yang kita rasakan. Sudah paham. Sudah tahu. Bahkan terkadang orang tersebut yang mendeskripsikan untuk kita apa yang ada di pkiran kita.
Hhhh.... rasanya luar biasa menenangkan... =)
Terima kasih untuknya...
Terima kasih..... Ya Allah..... Engkau baik sekali..... :)
Yah. Semuanya terasa sangat berbeda ketika kita bisa bertemu langsung dengan orang yang mengalami peristiwa yang sama dengan kita. Orang yang juga merasakan sakit yang sama, luka yang sama, dan keterpurukan yang sama.
Selama ini, aku hanya bercerita dan meminta orang lain untuk mendengarkan. Aku hanya berusaha membentuk opini mereka dan secara tidak langsung meminta mereka mendukung apa yang aku lakukan. Aku meminta mereka membenarkan apa yang aku lakukan. Dan pada akhirnya membuat mereka memberikan simpati dan dukungan terhadap apa yang aku lakukan. Mereka tidak pernah tau persis apa yang sebenarnya terjadi. Tidak pernah mengerti benar kenapa semua ini terjadi.
Tapi, ketika kita bertemu dengan orang yang mengalami hal yang sama, tak perlu banyak bicara. Tidak perlu membentuk opini dan tidak perlu meyakinkan mereka bahwa kita benar. Karena orang tersebut sudah mengerti apa yang kita rasakan. Sudah paham. Sudah tahu. Bahkan terkadang orang tersebut yang mendeskripsikan untuk kita apa yang ada di pkiran kita.
Hhhh.... rasanya luar biasa menenangkan... =)
Terima kasih untuknya...
Terima kasih..... Ya Allah..... Engkau baik sekali..... :)
Wednesday, December 30, 2009
Desember
Ga terasa udah hari ke-30 di bulan Desember. Hhh... Desember kali ini seperti tergesa-gesa. Sekedar mampir, berbasa basi dengan satu dua kata, setelah itu langsung berlalu. Bukan sama sekali tanpa kesan, hanya saja terlalu terburu-buru untuk menyadari apa yang sebenarnya dititipkan oleh Desember kali ini...
Aku memulai Desember masih dengan kenangan lama, kemudian menjalani dan menutup Desember dengan suasana baru... :)
Desember ini, hatiku terluka. Tapi, sudah kutemukan obatnya. Dan aku rasa, aku sudah cukup kuat untuk menjalani hari2 ke depan.
Desember ini aku bebas. Bebas dari perasaan2 tidak menyenangkan yang tidak seharusnya aku alami. Bebas dari mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. Bebas dari menangisi hal2 yang tidak semestinya ditangisi. Yahh... bebas...
Desember ini aku mulai menata hati dan membuka diri. Bukan untuk 'yang terbaik', tapi untuk yang telah membuat hati ini merasa luar biasa nyaman.. :)
Desember ini aku memulai kembali, sesuatu yang aku harap tidak akan pernah memiliki akhir seperti sesuatu yang berakhir di Desember ini...
Aku memulai Desember masih dengan kenangan lama, kemudian menjalani dan menutup Desember dengan suasana baru... :)
Desember ini, hatiku terluka. Tapi, sudah kutemukan obatnya. Dan aku rasa, aku sudah cukup kuat untuk menjalani hari2 ke depan.
Desember ini aku bebas. Bebas dari perasaan2 tidak menyenangkan yang tidak seharusnya aku alami. Bebas dari mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. Bebas dari menangisi hal2 yang tidak semestinya ditangisi. Yahh... bebas...
Desember ini aku mulai menata hati dan membuka diri. Bukan untuk 'yang terbaik', tapi untuk yang telah membuat hati ini merasa luar biasa nyaman.. :)
Desember ini aku memulai kembali, sesuatu yang aku harap tidak akan pernah memiliki akhir seperti sesuatu yang berakhir di Desember ini...
Monday, November 16, 2009
Delivery Order dan Musim Hujan
Hujan sepertinya sudah mulai sering berkunjung ke tengah2 kita :) Terlebih dalam 2 minggu terakhir, hampir setiap hari kita mendapat kunjungannya. Yaahh... banyak yang bersuka cita (termasuk gw), tapi banyak juga yang berkeluh kesah. Memang tidak semua orang menyukai hujan. Ada yang beranggapan hujan menghambat aktivitas mereka.
Hari ini, tepatnya tadi pagi, hujan kembali datang. Dan kali ini sangat deras. Tidak banyak yang bisa dilihat dari lantai 5, lantai tempat gw bekerja. Jadilah, gw dan teman2 sekantor berniat untuk pesan antar makan siang. Jam 11.15 gw melakukan pemesanan. Gw dijanjikan akan ditelepon balik untuk konfirmasi pemesanan. Tapi, setelah 30 menit menunggu, konfirmasi belum juga gw dapatkan. Ga sabar nunggu, akhirnya gw telepon balik. Dan jawaban yang gw dapatkan sudah gw prediksi sebelumnya. Perusahaan itu menerima lebih dari 35 pesanan pesan antar saat itu. Entah pesanan gw ada di urutan ke berapa. Kalo gw masih mau tetap memesan, mereka menjanjikan paling cepat jam 1/2 2 pesanan akan tiba di kantor. Pyuuuhhh... Of Course, big NO. Akhirnya, gw membatalkan pesanan.
Ternyata banyak orang yang mengandalkan jasa pesan antar pada saat hujan turun dengan sangat derasnya. Tapi sayang, pelayanan jasa pesan antar - bahkan untuk restoran yang sudah sangat terkenal dengan layanan jasa pesan antarnya - tidak sanggup memuaskan seluruh permintaan pesan antar yang datang saat cuaca sedang tidak bersahabat. Padahal, kelebihan dari layanan pesan antar adalah bahwa pelanggan tidak perlu repot2 datang ke tempat makan yang diinginkan, cukup dengan menelepon dan permasalahan mengenai mengisi perut yang sedang kosong terselesaikan. Tapi, kenyataannya pesan antar masih banyak mendapat keluhan dari masyarakat. Terutama ketika cuaca sedang buruk.
Tidak bermaksud menyalahkan jasa pesan antar di Indonesia, cuma kepengen aja ada yang kayak di film spiderman, 30 menit sampai tujuan, telat 1 menit aja pelanggan boleh ga bayar... :D
Hari ini, tepatnya tadi pagi, hujan kembali datang. Dan kali ini sangat deras. Tidak banyak yang bisa dilihat dari lantai 5, lantai tempat gw bekerja. Jadilah, gw dan teman2 sekantor berniat untuk pesan antar makan siang. Jam 11.15 gw melakukan pemesanan. Gw dijanjikan akan ditelepon balik untuk konfirmasi pemesanan. Tapi, setelah 30 menit menunggu, konfirmasi belum juga gw dapatkan. Ga sabar nunggu, akhirnya gw telepon balik. Dan jawaban yang gw dapatkan sudah gw prediksi sebelumnya. Perusahaan itu menerima lebih dari 35 pesanan pesan antar saat itu. Entah pesanan gw ada di urutan ke berapa. Kalo gw masih mau tetap memesan, mereka menjanjikan paling cepat jam 1/2 2 pesanan akan tiba di kantor. Pyuuuhhh... Of Course, big NO. Akhirnya, gw membatalkan pesanan.
Ternyata banyak orang yang mengandalkan jasa pesan antar pada saat hujan turun dengan sangat derasnya. Tapi sayang, pelayanan jasa pesan antar - bahkan untuk restoran yang sudah sangat terkenal dengan layanan jasa pesan antarnya - tidak sanggup memuaskan seluruh permintaan pesan antar yang datang saat cuaca sedang tidak bersahabat. Padahal, kelebihan dari layanan pesan antar adalah bahwa pelanggan tidak perlu repot2 datang ke tempat makan yang diinginkan, cukup dengan menelepon dan permasalahan mengenai mengisi perut yang sedang kosong terselesaikan. Tapi, kenyataannya pesan antar masih banyak mendapat keluhan dari masyarakat. Terutama ketika cuaca sedang buruk.
Tidak bermaksud menyalahkan jasa pesan antar di Indonesia, cuma kepengen aja ada yang kayak di film spiderman, 30 menit sampai tujuan, telat 1 menit aja pelanggan boleh ga bayar... :D
Thursday, November 12, 2009
Tambal Ban Depan Gedung Graha Pemuda Senayan
Hufff... Apa yang lebih membetekan daripada ban bocor dalam perjalanan ke kantor pagi hari? Selama pindah ke kantor baru, gw lebih pilih pulang pergi kantor dengan membonceng temen kantor yang rumahnya ga jauh dari rumah gw :p Asli, bisa hemat 80%.. :D Biaya yang semestinya gw keluarkan buat gonta-ganti naik angkot gw pake aja buat patungan beli bensin motor temen gw itu.
Dan hari ini, pertama kalinya kami ngalamin yang namanya ban bocor. Dan ga tanggung2 lokasinya di Senayan (depan TVRI) ketika kami mau putar balik di depan Kantor MenegPora. "Di daerah kayak gitu mana ada tukang tambal ban", pikir kami. Membayangkan mesti jalan kaki nyari tukang tambal ban yang ga tau ada di mana, bikin bete juga. Temen gw nawarin gw naik taxi aja. Cuma... yah.. for the sake of solidarity, gw lebih pilih nemenin dia nyari tukang tambal ban.. :p
Singkat cerita, gw kepikiran untuk nanya sama Satpam yang kerja di kantor Meneg Pora. Yahh, siapa tau Bapak Satpam yang pasti lebih hafal daerah situ bisa kasih petunjuk di mana tukang tambal ban terdekat. Ternyataa.... ada tukang tambal ban ga jauh dari situ. Tepatnya di depan Graha Pemuda yang ada Bank BRI dan ATM BNInya... ^_^
Tukang tambal ban ini, beda dengan tukang tambal ban pada umumnya. Ga ada kios, kompresor, dan peralatan2 lain yang biasa dipajang oleh tukang tambal ban. Cuma ada meja besar, tempat untuk meletakkan peralatan-peralatan seadanya, pompa angin manual (itu lho yang biasa buat mompa sepeda), dan alat buat tambal ban. Tapi, jangan salah, meskipun dengan peralatan yang sangat sederhana, Bapak tukang tambal ban bisa mengerjakan pekerjaannya dengan sangat profesional. Bahkan, ganti ban baru pun bisa dilayani di tambal ban ini. Biayanya Rp30.000. (akhirnya temen gw lebih pilih ganti ban baru, karena posisi bocor ban berada di bekas tambalan). Proses penggantian ban baru ini pun tidak lebih dari 7 menit. Setelah ban baru berhasil dipasang, Bapak tukang tambal ban mengisi angin di ban baru dengan menggunakan pompa angin manual. Setelah itu.. selesai deh..
Setelah membayar Rp30.000, kami pun melanjutkan perjalanan ke kantor dan tiba di kantor 15 menit lebih lama daripada biasanya. Masih ada setengah jam sebelum jam masuk kantor.. :)
Hhmm... benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan tukang tambal ban di tempat seperti itu. Tukang tambal ban dengan peralatan sederhana, tapi sangat profesional. Terima kasih Bapak Tukang Tambal Ban di depan Gedung Graha Pemuda Senayan.. :)
Dan hari ini, pertama kalinya kami ngalamin yang namanya ban bocor. Dan ga tanggung2 lokasinya di Senayan (depan TVRI) ketika kami mau putar balik di depan Kantor MenegPora. "Di daerah kayak gitu mana ada tukang tambal ban", pikir kami. Membayangkan mesti jalan kaki nyari tukang tambal ban yang ga tau ada di mana, bikin bete juga. Temen gw nawarin gw naik taxi aja. Cuma... yah.. for the sake of solidarity, gw lebih pilih nemenin dia nyari tukang tambal ban.. :p
Singkat cerita, gw kepikiran untuk nanya sama Satpam yang kerja di kantor Meneg Pora. Yahh, siapa tau Bapak Satpam yang pasti lebih hafal daerah situ bisa kasih petunjuk di mana tukang tambal ban terdekat. Ternyataa.... ada tukang tambal ban ga jauh dari situ. Tepatnya di depan Graha Pemuda yang ada Bank BRI dan ATM BNInya... ^_^
Tukang tambal ban ini, beda dengan tukang tambal ban pada umumnya. Ga ada kios, kompresor, dan peralatan2 lain yang biasa dipajang oleh tukang tambal ban. Cuma ada meja besar, tempat untuk meletakkan peralatan-peralatan seadanya, pompa angin manual (itu lho yang biasa buat mompa sepeda), dan alat buat tambal ban. Tapi, jangan salah, meskipun dengan peralatan yang sangat sederhana, Bapak tukang tambal ban bisa mengerjakan pekerjaannya dengan sangat profesional. Bahkan, ganti ban baru pun bisa dilayani di tambal ban ini. Biayanya Rp30.000. (akhirnya temen gw lebih pilih ganti ban baru, karena posisi bocor ban berada di bekas tambalan). Proses penggantian ban baru ini pun tidak lebih dari 7 menit. Setelah ban baru berhasil dipasang, Bapak tukang tambal ban mengisi angin di ban baru dengan menggunakan pompa angin manual. Setelah itu.. selesai deh..
Setelah membayar Rp30.000, kami pun melanjutkan perjalanan ke kantor dan tiba di kantor 15 menit lebih lama daripada biasanya. Masih ada setengah jam sebelum jam masuk kantor.. :)
Hhmm... benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan tukang tambal ban di tempat seperti itu. Tukang tambal ban dengan peralatan sederhana, tapi sangat profesional. Terima kasih Bapak Tukang Tambal Ban di depan Gedung Graha Pemuda Senayan.. :)
Saturday, October 3, 2009
Thanks to ...
Dulu...
* Hari jumat
Pegawai swasta : Iihhh.. kok lo pake batik siih..??
Pegawai negeri : Iya niih.. kalo Jumat wajib pake batik dari kantor. Lo enak ya, kalo jumat boleh pake kaos + jeans.
Pegawai swasta : Iya doonk.. Hari gini masih pake batik. Kayak orang mau kondangan aja.
* Nonton TV
A : Kok channelnya di ganti?
B : Bosen ah, lagi ada pertunjukan reog. Ntar aja kalo dah UNGU baru diganti lagi.
* makan siang
A : makan di mana?
B : di Hokben aja yuk, ato KFC?
A : Kalo masakan Padang lo lagi ga pengen ya?
B : uummm.... ga ah.. males.
***
situasi-situasi di atas, kalo boleh jujur, bukan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Gw pribadi pernah mengalami ketiga situasi di atas (well, not exactly that kind of situation of course). Dulu, kita bukanlah bangsa yang menghargai budaya sendiri. Gw ga percaya kalo ada anak muda zaman sekarang yang lebih pilih nonton wayang kulit dibanding konser Peter Pan, UNGU, ato apalah. Bahkan gw sendiri ga tau tari yang berasal dari Aceh selain tari Saman. Kalo boleh jujur, kita bukanlah bangsa yang menghargai budaya kita sendiri.
Tapi.....
Sejak muncul berita mengenai negara tetangga yang mulai mengklaim budaya milik Indonesia satu persatu, mendadak kita menjadi bangsa yang cinta Tanah Air. Cacian dan makian terang2an kita tujukan untuk negara tersebut. Kita mengatakan siap melakukan apapun untuk mempertahankan budaya kita, supaya tidak di ambil oleh bangsa lain. Wow... Hebat bukan..??
Ternyata harus seperti itu. Untuk membuat kita sadar, bahwa Negara ini adalah harta yang sangat berharga yang harus dijaga oleh setiap manusia yang hidup di dalamnya. Harus ada yang tercuri dulu, baru kemudian kita sadar bahwa masih banyak yang lain yang harus kita pertahankan.
Di luar perasaan gregetan gw liat Malaysia yang ternyata lebih cinta atau lebih aware dengan kekayaan budaya Indonesia, gw pribadi mau mengucapkan terima kasih. Kalau tidak ada masalah ini, mungkin budaya Indonesia yang sangat beragam akan tinggal menghitung waktu untuk kemudian hilang begitu saja. Batik hanya akan dikenakan oleh orang2 tua saja dan hanya dalam acara2 formal. Mungkin dalam 20 tahun lagi tidak akan ada lagi profesi dalang Wayang Kulit, karena generasi tua bangsa ini sudah tidak ada, dan sudah tidak ada lagi yang menganggap pertunjukan Wayang kulit sebagai pertunjukan yang menarik untuk ditonton.
Kalau saja kesadaran akan penghargaan terhadap budaya Indonesia dimiliki oleh semua (atau sebagian saja lah) bangsa Indonesia, kita tidak perlu khawatir akan kemungkinan pencurian budaya bangsa ini oleh bangsa lain. Harusnya kita memiliki hak paten atas semua kebudayaan yang dimiliki bangsa ini. Hak paten yang diakui oleh dunia. sehingga, tidak ada alasan bagi bangsa lain untuk mengklaim budaya kita sebagai budaya mereka. Tapi, kenyataan sekarang, bahkan masih sulit bagi kita untuk mengetahui pasti ada beerapa banyak suku pedalaman yang ada di Indonesia. Apa saja tradisi mereka, makanan pokok mereka, tarian atau upacara keagamaan mereka?
Ayo donk Indonesia. Jangan cuma bisa marah atau menghujat kalau ada yang mau mengklaim budaya kita sebagai budaya mereka. Jangan biarkan pengklaiman budaya kita, kita harus membuat hak paten atas setiap budaya yang kita punya. Kerja berat memang. Tapi itu konsekuensi dari menjadi rakyat negara ini. Negara yang kaya budaya.
And for Malaysia, I wanna say Thank You. For making us realize that we have Pendet, Reog, Batik, and the other things you try to possessed. Maybe someday, I won't surprise that you'll try to possess something that we don't even know that it's ours...
* Hari jumat
Pegawai swasta : Iihhh.. kok lo pake batik siih..??
Pegawai negeri : Iya niih.. kalo Jumat wajib pake batik dari kantor. Lo enak ya, kalo jumat boleh pake kaos + jeans.
Pegawai swasta : Iya doonk.. Hari gini masih pake batik. Kayak orang mau kondangan aja.
* Nonton TV
A : Kok channelnya di ganti?
B : Bosen ah, lagi ada pertunjukan reog. Ntar aja kalo dah UNGU baru diganti lagi.
* makan siang
A : makan di mana?
B : di Hokben aja yuk, ato KFC?
A : Kalo masakan Padang lo lagi ga pengen ya?
B : uummm.... ga ah.. males.
***
situasi-situasi di atas, kalo boleh jujur, bukan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Gw pribadi pernah mengalami ketiga situasi di atas (well, not exactly that kind of situation of course). Dulu, kita bukanlah bangsa yang menghargai budaya sendiri. Gw ga percaya kalo ada anak muda zaman sekarang yang lebih pilih nonton wayang kulit dibanding konser Peter Pan, UNGU, ato apalah. Bahkan gw sendiri ga tau tari yang berasal dari Aceh selain tari Saman. Kalo boleh jujur, kita bukanlah bangsa yang menghargai budaya kita sendiri.
Tapi.....
Sejak muncul berita mengenai negara tetangga yang mulai mengklaim budaya milik Indonesia satu persatu, mendadak kita menjadi bangsa yang cinta Tanah Air. Cacian dan makian terang2an kita tujukan untuk negara tersebut. Kita mengatakan siap melakukan apapun untuk mempertahankan budaya kita, supaya tidak di ambil oleh bangsa lain. Wow... Hebat bukan..??
Ternyata harus seperti itu. Untuk membuat kita sadar, bahwa Negara ini adalah harta yang sangat berharga yang harus dijaga oleh setiap manusia yang hidup di dalamnya. Harus ada yang tercuri dulu, baru kemudian kita sadar bahwa masih banyak yang lain yang harus kita pertahankan.
Di luar perasaan gregetan gw liat Malaysia yang ternyata lebih cinta atau lebih aware dengan kekayaan budaya Indonesia, gw pribadi mau mengucapkan terima kasih. Kalau tidak ada masalah ini, mungkin budaya Indonesia yang sangat beragam akan tinggal menghitung waktu untuk kemudian hilang begitu saja. Batik hanya akan dikenakan oleh orang2 tua saja dan hanya dalam acara2 formal. Mungkin dalam 20 tahun lagi tidak akan ada lagi profesi dalang Wayang Kulit, karena generasi tua bangsa ini sudah tidak ada, dan sudah tidak ada lagi yang menganggap pertunjukan Wayang kulit sebagai pertunjukan yang menarik untuk ditonton.
Kalau saja kesadaran akan penghargaan terhadap budaya Indonesia dimiliki oleh semua (atau sebagian saja lah) bangsa Indonesia, kita tidak perlu khawatir akan kemungkinan pencurian budaya bangsa ini oleh bangsa lain. Harusnya kita memiliki hak paten atas semua kebudayaan yang dimiliki bangsa ini. Hak paten yang diakui oleh dunia. sehingga, tidak ada alasan bagi bangsa lain untuk mengklaim budaya kita sebagai budaya mereka. Tapi, kenyataan sekarang, bahkan masih sulit bagi kita untuk mengetahui pasti ada beerapa banyak suku pedalaman yang ada di Indonesia. Apa saja tradisi mereka, makanan pokok mereka, tarian atau upacara keagamaan mereka?
Ayo donk Indonesia. Jangan cuma bisa marah atau menghujat kalau ada yang mau mengklaim budaya kita sebagai budaya mereka. Jangan biarkan pengklaiman budaya kita, kita harus membuat hak paten atas setiap budaya yang kita punya. Kerja berat memang. Tapi itu konsekuensi dari menjadi rakyat negara ini. Negara yang kaya budaya.
And for Malaysia, I wanna say Thank You. For making us realize that we have Pendet, Reog, Batik, and the other things you try to possessed. Maybe someday, I won't surprise that you'll try to possess something that we don't even know that it's ours...
Subscribe to:
Posts (Atom)