Tuesday, September 23, 2008

Breadtalk halal kah?

Mungkin buat penduduk Indonesia (khususnya yang tinggal di kota2 besar), nama breadtalk sudah tidak asing lagi. Produsen roti yang terkenal enak ini memang menjadi buruan pengunjung mall sebagai menu pengganjal perut atau pun sekedar untuk buah tangan. Tapiii.... untuk umat muslim, sebaiknya waspada. Belakangan ini isu mengenai halal atau haramnya breadtalk (dan juga JCo) menjadi topik yang ramai di bicarakan. Maklum saja, merk ini sudah banyak merebut hati masyarakat. Ketika googling kebetulan gw nemu artikel bagus yang bisa di jadikan bahan pertimbangan.

dikutip dari: http://harry.web.id/2008/06/16/breadtalk-halal-atau-haram/

Beberapa waktu belakangan ini, gw agak ragu untuk membeli roti BreadTalk. Pasalnya, gw membaca di salah satu milis langganan gw bahwa label halal dari BreadTalk telah dicabut oleh MUI. Tetapi sampai detik ini saya tidak tahu alasan kenapa dicabut, apakah terjadi penyelewengan aturan sehingga membuat BreadTalk tidak halal lagi, atau apa? Belum ketemu penjelasannya. Sampai pada minggu lalu, pulang dari Bengkulu (9 Juni 2008), turun dari bus DAMRI gw masuk ke Botani Square. Pikir gw, beliin oleh-oleh ah, nggak enak gak bawa apa-apa dari jauh.
Sampai di outlet BreadTalk, gw coba muter-muter nyari logo Halal BreadTalk. Yah, memang nggak gw temuin. Tidak sampai disitu, gw coba tanya ke mbak-mbak kasir BreadTalk. Berikut liputannya:

Gw: Mbak, Kalo BreadTalk itu ada label halalnya nggak ya?
Mbak 1: Oh, kalo kita halal mas, prosesnya pun halal. Dijamin halal deh.
Gw: Maksud saya, BreadTalk punya label halal nggak?
Mbak 1: Kalo label halal kita nggak ada, tapi kita halal kok mas.
Gw: Jadi, BreadTalk nggak punya label halal?
Mbak 2: Kalo untuk urusan label halal itu urusan H.O. mas, kita kan hanya outlet, tapi kita halal kok.

Hmpf.. aneh juga nih mbak2, gw force aja

Gw: Jadi, BreadTalk nggak ada label halalnya ya?
Mbak 2: Kalo itu urusan H.O. mas, mas bisa tanya langsung ke sana.
Gw: (kesempetan nih) ada no telponnya mbak?
Mbak 2: Ada mas, bentar ya, saya panggil manager saya.
Mbak 2: (manggil2 pake tangan) pak petrus.. panggil pak petrus

Kemudian muncullah pak Petrus, sepertinya manager outlet BreadTalk di BotaniSquare.

Petrus: Ada yg bisa saya bantu pak?
Gw: Ini pak, saya mau tanya, kalo BreadTalk itu ada label halalnya nggak ya?
Petrus: Hm… bapak ini dari mana? customer biasa aja?
Gw: Iya, saya hanya customer biasa. Hanya ingin tau.
Petrus: Sampai April ini masih ada pak, tapi sekarang sudah nggak.
Gw: Lho, kok bisa, kenapa ya?
Petrus: Hm.. kalo itu urusannya sama H.O. pak, kalo kita hanya outlet saja, nggak tau apa-apa.
Gw: Ada no telpon yg bisa dihubungi?
Petrus: Oh, ada. 021xxxxxx, dengan Ibu Gita (sorry lupa, ntar gw update, nomernya ada di hp gw yg atu lagi)
Gw: Ok, makasih pak.
Petrus: Kembali..

Jalan menuju pintu depan Boqer, gw telponlah H.O. BreadTalk.

Cewek: Selamat siang, dengan ### bisa dibantu?
Gw: Bisa bicara dengan Ibu Gita mbak?
Cewek: Dari mana ini pak?
Gw: Saya Harry, Customer BreadTalk.
Cewek: Baik, ditunggu sebentar pak.

ting nung teleleng teng teng… teng tong teng… (nada tunggu)

Cewek: Maaf, pak Ibu Gita-nya belum selesai meeting, ada yang bisa dibantu?
Gw: Ini mbak, saya mau tanya tentang label halal BreadTalk, tadi saya tanya outletnya dia bilang hubungi H.O. saja.
Cewek: Oh, baik pak, saya hubungkan dengan Sales Marketing yang lain ya. Silahkan ditunggu…

teng toleng teng teng… lamaaaa, gw ampe mulai berfikir kotor nih… lalu tiba-tiba

Sherly: Ada yg bisa dibantu pak?
Gw: Ini mbak, saya mau tanya, kalo BreadTalk itu ada label halalnya nggak ya? tadi saya tanya sama outlet, katanya sampai April masih ada, tapi sekarang nggak ada. Gimana itu mbak?
Sherly: Memang benar pak, sampai April kami masih ada label halal, tapi sekarang nggak ada karena dalam masa perpanjangan. Soalnya ngurusnya ribet ya pak, dan mahal lagi. Tapi kita halal kok pak, semua prosedur dan metode kita, semuanya mengikuti aturan MUI, hanya sertifikatnya saja belum keluar.
Gw: Oh gitu, berarti tinggal sertifikat ya, semuanya sebetulnya halal.
Sherly: Iya pak, soalnya ribet ya ngurusnya, dan mahal lagi. Tapi kita halal kok pak. Oh iya, bapak ini dari mana ya?
Gw: Saya Harry, customer BreadTalk biasa. Saya suka BreadTalk mbak, tapi saya denger dari Internet kalo label halal BreadTalk dicabut. Nah, saya nggak mau cuman denger-denger aja, makannya saya confirm ke outlet & saya telpon H.O. BreadTalk. Itu berita bener nggak ya mbak?
Sherly: Betul pak, itu berita betul. Dan sekarang kami sedang mengurus perpanjangan sertifikat halal. Cuman kan ngurusnya ribet ya pak, dan mahal lagi.
Gw: Ok, berarti BreadTalk sebetulnya Halal, semua proses & bahan mengikuti aturan MUI ya? Hanya sertifikatnya saja yang belum keluar karena masih dalam proses?
Sherly: Iya pak, benar. Soalnya ngurusnya ribet pak.
Gw: Kenapa, nggak sebelum expired aja mbak diurus?
Sherly: Ya karena ribet itu pak, dan mahal. Jadi sampe sekarang masih diurus.
Gw: Kira-kira kapan selesainya mbak?
Sherly: Hmmm belum tau ya pak, soalnya masih diurus.
Gw: Ok deh kalo gitu, dengan mbak siapa saya bicara?
Sherly: Saya, sherly pak.
Gw: Baik mbak sherly, terima kasih.
Sherly: Sama-sama pak.

Bingung jadinya. Ini yang nggak bener BreadTalk atau MUI? Kalo dibilang ribet & mahal, banyak juga outlet/resto2 kecil yang punya label ini (resmi ya). Hmmm atau mungkin MUI membedakan antara outlet kecil dan besar, sehingga untuk BreadTalk yang internasional, harganya jadi mahal, atau mungkin premanisme/praktek pemerasan?. Harapan saya sih, jika ada label halal yang dicabut/expired MUI bisa memberikan keterangan jelas, misal:

Contoh 1. Sertifikat dicabut: Karena pake Ang Ciu (Arak Merah).
Contoh 2. Sertifikat kadaluarsa: Outlet belum memperpanjang.
Contoh 3. Sertifikat kadaluarsa: Sedang dalam proses perpanjangan.

Begituh… Oke deh, mudah-mudahan info ini berguna. Oh iya, akhirnya: gw gak jadi beli BreadTalk, khawatir aja, soalnya nggak tau nih yang nggak beres disisi siapa, BreadTalk kah? atau MUI?




Monday, September 15, 2008

Indonesia miskin apa?

"Indonesia itu negara yang miskin".
Mungkin kalimat di atas (bener2 di atas-nya baris ini :p), sudah cukup sering kita dengar. Dan seringnya kalo gw denger kalimat ini, gw cuma bisa berekspresi datar sambil dalam hati bilang, "Ah.. dah sering denger... ga heran.. :p" Tapi, belakangan ini, kalimat tersebut menjadi sesuatu yang mengganggu pikiran gw. Hhhmmm... Emang bener ya Indonesia miskin? Emang segitu miskinnya ya Indonesia sampe2 kalimat itu sering dibicarakan?

Jujur, buat gw yang tinggal di Ibukota negara, buat membuktikan secara langsung bahwa Indonesia adalah benar negara yang miskin adalah sesuatu yang sulit. Setiap hari gw melihat mall2 besar di hampir setiap ruas jalan, tetap saja ramai dikunjungi orang meskipun harga BBM baru saja 'disesuaikan' oleh pemerintah. Gw juga heran, kenapa jumlah mall di Jakarta masih saja di anggap kurang ya? Sampe2 pembangunan mall belum juga di rasa cukup. Bahkan belakangan ini gw sering sekali melihat iklah apartemen di tayangkan berkali2 oleh beberapa stasiun TV. Dan hebatnya, apartemen2 baru terus saja bermunculan. Membabat habis setiap lahan kosong di Jakarta.

Yahh.. di Jakarta memang tidak sulit menjumpai pemukiman kumuh di bantaran sungai yang sangat tidak layak huni. Mungkin pemandangan tersebut bisa menjadi dasar untuk menyebut Indonesia sebagai negara yang miskin. Karena di Ibukotanya saja masih terdapat banyak rumah atau lingkungan tidak layak huni. Akan tetapi, jumlah pemukiman tidak layak huni itu tidak juga lebih banyak atau lebih luas daerahnya dibanding kawasan elit seperti Pondok Indah, Menteng, Kemang, Cempaka Putih, Kelapa Gading, dan kawasan2 elit lainnya.

Memang di Jakarta terdapat banyak sekali pengemis, pengamen, anak2 jalanan yang berkeliaran di setiap perempatan jalan atau kawasan2 rawan macet. Tapi, di Jakarta, berprofesi sebagai pengemis atau pengamen jalanan termasuk profesi yang menguntungkan. Sehingga akhirnya, banyak orang yang sebenarnya mampu, ikut2an berprofesi sebagai pengemis untuk menambah penghasilan.
Bagaimana mungkin, negara yang bahkan menjadi pengemis atau pengamen jalanan dijadikan salah satu alternatif profesi bagi sebagian warganya, dianggap sebagai negara yang miskin?

Semakin hari, jalanan Jakarta semakin penuh sesak dengan kendaraan bermotor. Kemacetan semakin parah, meskipun angkutan transportasi yang mengusung kenyamanan telah secara massal dibuat. Orang masih lebih pilih duduk nyaman di dalam mobilnya masing2 sambil menggerutu dalam kemaetan, atau siap siaga di belakang kemudi motor sambil menahan panas yang menyengat daripada harus naik angkutan umum.

Setiap tahun kepemilikan kendaraan bermotor meningkat pesat. Setiap 3 bulan sekali muncul model baru handphone, notebook, mp3/mp4 player, dan barang2 elektronik lainnya. Hal ini dikarenakan Indonesia menjadi pasar yang menjanjikan bagi produsen2 barang elektronik tersebut. Hhh.... kenapa kalau harga beras, minyak, atau harga kebutuhan pokok lain yang naik, warga protes habis2an. Tapi, kalo ada model handphone terbaru yang baru keluar dengan harga yang cukup mahal, segala cara dilakukan agar bisa membeli produk up-to-date tersebut?

Indonesia adalah negara yang miskin.
Yah.. mungkin kalimat di atas benar. Tapi, justru yang harus ditekankan adalah kenapa Indonesia bisa menjadi negara miskin? Di saat ratusan mall di serbu oleh banyak orang. Di saat mobil, motor, handphone, notebook sudah menjadi barang kebutuhan sekunder. Kenapa Indonesia masih saja tetap menjadi negara miskin?

Sebenernya Indonesia itu miskin apa?

Another 'tempat mampir'

Hhhmmm... satu lagi gw dapet referensi rumah maya yang bagus. Informasi kali ini gw dapet dari temen yang rumah mayanya termasuk ke dalam 'tempat mampir' gw. Temen gw ini lumayan suka mengunjungi rumah maya milik orang. Baik yang dia kenal maupun yang ngga. Dan... tersebut lah sebuah rumah maya dengan alamat rinduku.wordpress.com.

Sebuah tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi. Bukan cuma sebuah rumah yang hanya berisi keluh kesah tentang hidup atau luapan emosi jiwa tentang apa yang diinginkan dan apa yang tidak. Tapi, ada sesuatu yang bisa dirasakan dalam setiap tulisan-tulisannya. Somehow, gw (dan juga temen gw yang mereferensikan alamat ini) suka dengan gaya bahasa ataupun topik2 yang di tuangkan di dalam tulisan-tulisan si empunya rumah maya.

Hhhh... gw jadi kepikiran lagi, soal niat awal dulu membangun sebuah rumah maya. Dulu rasanya seneng banget bisa punya rumah maya sendiri. Bisa punya tempat curhat tentang apa yang gw rasa atau apa yang gw pikirkan. Tapi, rasa senang pada awal pembuatan rumah maya dulu akhirnya terkalahkan dengan kesibukan gw menghadapi serangga (bugs maksudnya :p) demi serangga yang datang :( Dan, entah kenapa, setiap kali bekunjung ke rumah maya-rumah maya yang inspiratif, gw jadi bersemangat lagi untuk benar2 memanfaatkan rumah maya sendiri... :)

Yah.. dilihat sajalah sampai kapan semangat ini bakal bertahan... :p

Friday, September 12, 2008

Satu lagi...

Satu lagi...
seorang kawan pergi meninggalkan kami

Di bulan istiwewa dan hari istimewa dia pergi
Sebuah keberangkatan yang indah...

Hanya bisa urun doa
Agar Dia menyayangimu jauh melebih sayang kami padamu...

Selamat jalan saudariku...
Kami akan merindukanmu...

Monday, September 8, 2008

Musim hujan

Senangnyaa... lihat Jakarta yang mulai basah lagi... :D

Gw emang slalu suka suka suka banget ama musim hujan...
Yahhh... semoga musim hujan kali ini ga membawa musibah untuk sebagian masyarakat seperti tahun2 sebelumnya.