Wednesday, December 26, 2007

Pemberhentian sejenak sebelum memulai perjalanan abadi

Apa yang terbayang di benak kita ketika mendengar ruang ICU? Sebuah ruangan yang berisi
orang2 dengan keadaan kritis, bau obat yang menyengat, suara alat pendeteksi jantung, dan...
hening. Ya, hening. Seolah-olah seisi ruangan sedang menunggu sesuatu yang penting yang akan terjadi. Entah apa itu.

Gw baru mengunjungi ruang ICU beberapa hari yang lalu. Seorang kawan terbaring di sana. Dia
seusia gw, bahkan lebih muda beberapa hari. Tapi, beberapa hari yang lalu, gw melihat dia
tergolek lemah di salah satu kamar di ruang ICU, tidak berdaya...

Begitu masuk kamar teman gw itu, air mata tiba2 saja tidak terbendung. Sungguh, teman gw yang saat itu gw lihat sungguh berbeda dengan yang dulu sering gw lihat. TIdak ada gurauan, tawa, ejekan2 yang sering dia lontarkan. Bahkan, sebuah senyuman dan anggukan terasa begitu berat dia lakukan. Berbagai macam selang dan kabel menempel di tubuhnya. Dan air mata gw semakin tak terbendung.

Di kamar lain, pemandangan yang tidak jauh berbeda juga terlihat. Orang2 yang terbaring
lemah. Hanya dada mereka yang terlihat naik dan turun serta alat pendeteksi denyut jantung
yang masih berbunyi, yang mengisyaratkan bahwa mereka masih ada di dunia ini.

Di luar ruangan itu, ada banyak pasang mata yang terlihat lelah dan sembab. Para kerabat yang menunggui orang yang dikasihinya. Banyak diantara mereka yang masih menaruh harapan (sambil diam-diam menghimpun kekuatan untuk saat yang terburuk). Tapi, ada juga diantara mereka yang tidak lagi diam2. Pasrah... seolah hanya itu satu2nya hal yang bisa dilakukan.

Di ruang ICU, banyak pasien2 baru yang datang, bergabung dengan pasien2 lain yang telah masuk sebelumnya. Tapi, ga banyak pasien yang keluar meninggalkan ruang ICU di hari yang sama. Lebih ga banyak lagi, pasien yang meninggalkan ruangan itu dalam keadaan yang lebih baik. Biasanya para pasien yang dirawat di ruangan itu pergi meninggalkan ruangan dengan diiringi derai tangis orang2 terkasih. Ruang ICU, bisakah dianggap sebagai tempat pemberhentian sejenak sebelum memulai perjalanan yang abadi?

Beberapa hari yang lalu, gw menemukan arti lain dari sebuah ruang ICU. Ruangan itu mengajarkan banyak hal kepada orang2 yang masih di berikan kesehatan untuk menjalani aktivitas hidupnya. Betapa semua itu merupakan kenikmatan yang tiada tara. Bagaimana sebuah penyakit dapat merubah keadaan seseorang 180 derajat. Dan betapa Dia, sang Penggenggam Kehidupan, adalah sang Maha Kuasa atas segala keputusan. Kalau ingin belajar tentang kehidupan dan kematian, mampirlah ke ruang ICU. Di sana, kita bisa menjumpai banyak sekali hal yang mengajarkan kita banyak makna kehidupan.

Tuesday, December 4, 2007

93 Tahun...

Akhir-akhir ini isu mengenai pemanasan global ramai dibicarakan. Efek2 dari pemanasan global itu sendiri sudah mulai dapat dirasakan. Suhu udara yang meningkat, panas terik di siang hari yang semakin menyengat, perubahan iklim yang drastis (dari panas yang menyengat menjadi hujan badai), dan lain sebagainya.

Penyebab pemanasan global itu sendiri, orang sudah banyak tahu. Salah satunya adalah efek rumah kaca yang disebabkan oleh banyaknya zat2 yang membahayakan lapisan ozon, yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Misalnya, gas hasil buangan kendaraan bermotor, pendingin ruangan (lemari es, freezer juga termasuk), parfum dan produk untuk rambut yang berbentuk spray, dan lain sebagainya.

Dari berita tadi pagi yang gw tonton, Jakarta sendiri menyumbangkan 6.000.000 ton gas CO2 per harinya. Penghitungan tersebut baru merupakan hasil buangan kendaraan bermotor saja. Belum termasuk pendingin ruangan yang digunakan oleh hampir semua gedung yang ada di Jakarta. Dan di dunia, ada ribuan kota yang sama besar dan juga lebih besar dari Jakarta, yang aktivitas polusinya lebih membahayakan lingkungan.

Menurut hasil penelitian, pada tahun 2100 nanti, permukaan laut akan mengalami kenaikan sekitar 90cm (hampir 1 m). Ini artinya bakal ada ribuan pulau yang terendam. Selain itu suhu udara pada saat itu pasti akan luar biasa panas. Dan perubahan iklim akan semakin drastis. Membayangkan keadaan saat itu, gw jadi ngeri sendiri.

Ya... tersisa waktu 93 tahun, sebelum bencana besar itu datang. 93 tahun bisa jadi waktu yang cukup lama atau mungkin sebaliknya, akan terasa sangat singkat. 93 tahun lagi, mungkin tidak banyak manusia yang hidup di masa sekarang yang masih dapat merasakannya. Tapi, efek perbuatan manusia yang hidup di masa sekarang dan sebelumnya akan dirasakan oleh manusia2 yang hidup di masa yang akan datang, yaitu anak cucu kita.

Mungkin tidak ada yang bisa dilakukan untuk memperbaiki lapisan ozon yang sudah rusak. Tapi, masih ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk tidak memperparah kerusakan lapisan ozon. Pertanyaannya adalah, maukah kita melakukan hal tersebut?
Semakin banyak orang yang berlomba2 memperbanyak jumlah kendaraan pribadinya. Semakin banyak pula pengusaha2 yang membabat habis hutan demi kemakmuran diri sendiri. Dan yang paling parah, masih banyak orang yang tidak sadar (atau mungkin lebih tepatnya, tidak peduli) akan bencana besar yang sedang mengancam.

Semoga pertemuan internasional yang diadakan untuk membahas masalah pemanasan global di Nusa Dua Bali, akan dapat memberikan solusi terhadap permasalah ini.