Wednesday, December 30, 2009

Desember

Ga terasa udah hari ke-30 di bulan Desember. Hhh... Desember kali ini seperti tergesa-gesa. Sekedar mampir, berbasa basi dengan satu dua kata, setelah itu langsung berlalu. Bukan sama sekali tanpa kesan, hanya saja terlalu terburu-buru untuk menyadari apa yang sebenarnya dititipkan oleh Desember kali ini...

Aku memulai Desember masih dengan kenangan lama, kemudian menjalani dan menutup Desember dengan suasana baru... :)
Desember ini, hatiku terluka. Tapi, sudah kutemukan obatnya. Dan aku rasa, aku sudah cukup kuat untuk menjalani hari2 ke depan.
Desember ini aku bebas. Bebas dari perasaan2 tidak menyenangkan yang tidak seharusnya aku alami. Bebas dari mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. Bebas dari menangisi hal2 yang tidak semestinya ditangisi. Yahh... bebas...
Desember ini aku mulai menata hati dan membuka diri. Bukan untuk 'yang terbaik', tapi untuk yang telah membuat hati ini merasa luar biasa nyaman.. :)
Desember ini aku memulai kembali, sesuatu yang aku harap tidak akan pernah memiliki akhir seperti sesuatu yang berakhir di Desember ini...

Monday, November 16, 2009

Delivery Order dan Musim Hujan

Hujan sepertinya sudah mulai sering berkunjung ke tengah2 kita :) Terlebih dalam 2 minggu terakhir, hampir setiap hari kita mendapat kunjungannya. Yaahh... banyak yang bersuka cita (termasuk gw), tapi banyak juga yang berkeluh kesah. Memang tidak semua orang menyukai hujan. Ada yang beranggapan hujan menghambat aktivitas mereka.

Hari ini, tepatnya tadi pagi, hujan kembali datang. Dan kali ini sangat deras. Tidak banyak yang bisa dilihat dari lantai 5, lantai tempat gw bekerja. Jadilah, gw dan teman2 sekantor berniat untuk pesan antar makan siang. Jam 11.15 gw melakukan pemesanan. Gw dijanjikan akan ditelepon balik untuk konfirmasi pemesanan. Tapi, setelah 30 menit menunggu, konfirmasi belum juga gw dapatkan. Ga sabar nunggu, akhirnya gw telepon balik. Dan jawaban yang gw dapatkan sudah gw prediksi sebelumnya. Perusahaan itu menerima lebih dari 35 pesanan pesan antar saat itu. Entah pesanan gw ada di urutan ke berapa. Kalo gw masih mau tetap memesan, mereka menjanjikan paling cepat jam 1/2 2 pesanan akan tiba di kantor. Pyuuuhhh... Of Course, big NO. Akhirnya, gw membatalkan pesanan.

Ternyata banyak orang yang mengandalkan jasa pesan antar pada saat hujan turun dengan sangat derasnya. Tapi sayang, pelayanan jasa pesan antar - bahkan untuk restoran yang sudah sangat terkenal dengan layanan jasa pesan antarnya - tidak sanggup memuaskan seluruh permintaan pesan antar yang datang saat cuaca sedang tidak bersahabat. Padahal, kelebihan dari layanan pesan antar adalah bahwa pelanggan tidak perlu repot2 datang ke tempat makan yang diinginkan, cukup dengan menelepon dan permasalahan mengenai mengisi perut yang sedang kosong terselesaikan. Tapi, kenyataannya pesan antar masih banyak mendapat keluhan dari masyarakat. Terutama ketika cuaca sedang buruk.

Tidak bermaksud menyalahkan jasa pesan antar di Indonesia, cuma kepengen aja ada yang kayak di film spiderman, 30 menit sampai tujuan, telat 1 menit aja pelanggan boleh ga bayar... :D

Thursday, November 12, 2009

Tambal Ban Depan Gedung Graha Pemuda Senayan

Hufff... Apa yang lebih membetekan daripada ban bocor dalam perjalanan ke kantor pagi hari? Selama pindah ke kantor baru, gw lebih pilih pulang pergi kantor dengan membonceng temen kantor yang rumahnya ga jauh dari rumah gw :p Asli, bisa hemat 80%.. :D Biaya yang semestinya gw keluarkan buat gonta-ganti naik angkot gw pake aja buat patungan beli bensin motor temen gw itu.

Dan hari ini, pertama kalinya kami ngalamin yang namanya ban bocor. Dan ga tanggung2 lokasinya di Senayan (depan TVRI) ketika kami mau putar balik di depan Kantor MenegPora. "Di daerah kayak gitu mana ada tukang tambal ban", pikir kami. Membayangkan mesti jalan kaki nyari tukang tambal ban yang ga tau ada di mana, bikin bete juga. Temen gw nawarin gw naik taxi aja. Cuma... yah.. for the sake of solidarity, gw lebih pilih nemenin dia nyari tukang tambal ban.. :p

Singkat cerita, gw kepikiran untuk nanya sama Satpam yang kerja di kantor Meneg Pora. Yahh, siapa tau Bapak Satpam yang pasti lebih hafal daerah situ bisa kasih petunjuk di mana tukang tambal ban terdekat. Ternyataa.... ada tukang tambal ban ga jauh dari situ. Tepatnya di depan Graha Pemuda yang ada Bank BRI dan ATM BNInya... ^_^

Tukang tambal ban ini, beda dengan tukang tambal ban pada umumnya. Ga ada kios, kompresor, dan peralatan2 lain yang biasa dipajang oleh tukang tambal ban. Cuma ada meja besar, tempat untuk meletakkan peralatan-peralatan seadanya, pompa angin manual (itu lho yang biasa buat mompa sepeda), dan alat buat tambal ban. Tapi, jangan salah, meskipun dengan peralatan yang sangat sederhana, Bapak tukang tambal ban bisa mengerjakan pekerjaannya dengan sangat profesional. Bahkan, ganti ban baru pun bisa dilayani di tambal ban ini. Biayanya Rp30.000. (akhirnya temen gw lebih pilih ganti ban baru, karena posisi bocor ban berada di bekas tambalan). Proses penggantian ban baru ini pun tidak lebih dari 7 menit. Setelah ban baru berhasil dipasang, Bapak tukang tambal ban mengisi angin di ban baru dengan menggunakan pompa angin manual. Setelah itu.. selesai deh..

Setelah membayar Rp30.000, kami pun melanjutkan perjalanan ke kantor dan tiba di kantor 15 menit lebih lama daripada biasanya. Masih ada setengah jam sebelum jam masuk kantor.. :)
Hhmm... benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan tukang tambal ban di tempat seperti itu. Tukang tambal ban dengan peralatan sederhana, tapi sangat profesional. Terima kasih Bapak Tukang Tambal Ban di depan Gedung Graha Pemuda Senayan.. :)

Saturday, October 3, 2009

Thanks to ...

Dulu...

* Hari jumat
Pegawai swasta : Iihhh.. kok lo pake batik siih..??
Pegawai negeri : Iya niih.. kalo Jumat wajib pake batik dari kantor. Lo enak ya, kalo jumat boleh pake kaos + jeans.
Pegawai swasta : Iya doonk.. Hari gini masih pake batik. Kayak orang mau kondangan aja.

* Nonton TV
A : Kok channelnya di ganti?
B : Bosen ah, lagi ada pertunjukan reog. Ntar aja kalo dah UNGU baru diganti lagi.

* makan siang
A : makan di mana?
B : di Hokben aja yuk, ato KFC?
A : Kalo masakan Padang lo lagi ga pengen ya?
B : uummm.... ga ah.. males.

***

situasi-situasi di atas, kalo boleh jujur, bukan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Gw pribadi pernah mengalami ketiga situasi di atas (well, not exactly that kind of situation of course). Dulu, kita bukanlah bangsa yang menghargai budaya sendiri. Gw ga percaya kalo ada anak muda zaman sekarang yang lebih pilih nonton wayang kulit dibanding konser Peter Pan, UNGU, ato apalah. Bahkan gw sendiri ga tau tari yang berasal dari Aceh selain tari Saman. Kalo boleh jujur, kita bukanlah bangsa yang menghargai budaya kita sendiri.

Tapi.....
Sejak muncul berita mengenai negara tetangga yang mulai mengklaim budaya milik Indonesia satu persatu, mendadak kita menjadi bangsa yang cinta Tanah Air. Cacian dan makian terang2an kita tujukan untuk negara tersebut. Kita mengatakan siap melakukan apapun untuk mempertahankan budaya kita, supaya tidak di ambil oleh bangsa lain. Wow... Hebat bukan..??

Ternyata harus seperti itu. Untuk membuat kita sadar, bahwa Negara ini adalah harta yang sangat berharga yang harus dijaga oleh setiap manusia yang hidup di dalamnya. Harus ada yang tercuri dulu, baru kemudian kita sadar bahwa masih banyak yang lain yang harus kita pertahankan.

Di luar perasaan gregetan gw liat Malaysia yang ternyata lebih cinta atau lebih aware dengan kekayaan budaya Indonesia, gw pribadi mau mengucapkan terima kasih. Kalau tidak ada masalah ini, mungkin budaya Indonesia yang sangat beragam akan tinggal menghitung waktu untuk kemudian hilang begitu saja. Batik hanya akan dikenakan oleh orang2 tua saja dan hanya dalam acara2 formal. Mungkin dalam 20 tahun lagi tidak akan ada lagi profesi dalang Wayang Kulit, karena generasi tua bangsa ini sudah tidak ada, dan sudah tidak ada lagi yang menganggap pertunjukan Wayang kulit sebagai pertunjukan yang menarik untuk ditonton.

Kalau saja kesadaran akan penghargaan terhadap budaya Indonesia dimiliki oleh semua (atau sebagian saja lah) bangsa Indonesia, kita tidak perlu khawatir akan kemungkinan pencurian budaya bangsa ini oleh bangsa lain. Harusnya kita memiliki hak paten atas semua kebudayaan yang dimiliki bangsa ini. Hak paten yang diakui oleh dunia. sehingga, tidak ada alasan bagi bangsa lain untuk mengklaim budaya kita sebagai budaya mereka. Tapi, kenyataan sekarang, bahkan masih sulit bagi kita untuk mengetahui pasti ada beerapa banyak suku pedalaman yang ada di Indonesia. Apa saja tradisi mereka, makanan pokok mereka, tarian atau upacara keagamaan mereka?

Ayo donk Indonesia. Jangan cuma bisa marah atau menghujat kalau ada yang mau mengklaim budaya kita sebagai budaya mereka. Jangan biarkan pengklaiman budaya kita, kita harus membuat hak paten atas setiap budaya yang kita punya. Kerja berat memang. Tapi itu konsekuensi dari menjadi rakyat negara ini. Negara yang kaya budaya.

And for Malaysia, I wanna say Thank You. For making us realize that we have Pendet, Reog, Batik, and the other things you try to possessed. Maybe someday, I won't surprise that you'll try to possess something that we don't even know that it's ours...

Sunday, September 27, 2009

Jakarta Belum Pulih

Terakhir online facebook (which is semalem), gw liat banyak temen-temen gw yang pasang status tentang keengganan mereka menghadapi Jakarta hari ini. Alasannya karena hari ini hari senin, hari orang-orang yang pada cuti masuk kembali, dan hari di mana Jakarta akan kembali normal lagi (baca: macet gila).

Ternyata, hari ini gw berangkat ngantor jalanan MASIH ada yang lengang tuh. Meskipun di beberapa tempat yang emang biasanya padet, hari ini udah padet. Tapi, di beberapa ruas jalan yang biasanya ga kosong, hari ini masih kosong.

Menurut gw Jakarta belum pulih. Gw ga percaya jumlah mobil yang selama berhari-hari bikin jalur pantura macet total, cuma bikin Jakarta sepadat tadi pagi. Apalagi di tambah mobil-mobil yang emang selama liburan kemaren tetap tinggal di Jakarta, alias ga kemana-mana. Harusnya, tidak bersisa banyak jalan kosong di Jakarta.

Belum, Jakarta belum pulih. Setidaknya, belum tadi pagi. Kita lihat saja besok... :D

Wednesday, September 23, 2009

Mudik

Berhubung tema mudik masih jadi perbincangan seru di banyak acara berita, gw juga mau nulis soal pengalaman mudik gw kali ini ah... :D

***

Seperti tahun2 kemaren, tahun ini pun gw sekeluarga merayakan lebaran di kampung halaman tercinta. Dari tahun ke tahun, perjalanan mudik selalu menjadi perjalanan yang menyenangkan dan sangat ditunggu2. Tapi, sejak beberapa tahun terakhir, perjalanan mudik tidak lagi semenyenangkan sebelumnya. Pasalnya, beberapa tahun terakhir, perjalanan mudik identik dengan MACET. Dan jadilah, perjalanan Jakarta-Sukoharjo pada tanggal 18 September kemaren menghabiskan waktu 30 jam... T_T Padahal, perjalanan normal memakan waktu tidak sampai 12 jam.

Jumat kemaren, rasanya semua mobil di Jakarta pindah ke jalur pantura. Herannya, mobil sebanyak itu, yang dengan suksesnya membuat jalur pantura macet sampe tiga hari berturut-turut, mobil-mobil itu setiap hari nongkrong di Jakarta. Ga aneh emang kalo ga ada ruas jalan di Jakarta yang bebas macet.

Meskipun bete karena jalanan yang luar biasa macet, tapi tetap mudik kali ini pun punya banyak cerita. Gw bersyukur bisa mudik bareng keluarga gw, naik kendaraan pribadi, dan bawa perlengkapan yang lengkap. Di perjalanan, banyak gw temukan rupa-rupa pemudik yang - menurut gw - tidak lebih beruntung dari gw.

Ada yang mudik naik mobil pick up, yang bak terbukanya di tutup terpal. Di bawah terpal itu, ada sekitar 6-7 orang termasuk anak-anak. Mereka semua duduk (atau tidur) beralaskan tikar dan beratapkan terpal. Kebayang ga sih kalo siang panas terik gitu apa rasanya... Belum lagi yang nekat mudik naik mobil box. Mobil yang emang diciptakan buat ngangkut barang (dan karena itu ga ada lubang jendelanya) di paksa buat ngangkut orang. Biar ga terlalu panas, pintu belakang di buka sebagian sambil diiket tali rafia. Kalo pas siang, mungkin rasanya ga jauh beda ama di oven.

Cerita pemudik yang naik motor, beda lagi. Hhmmm... Kalo gw bilang, sebagian besar dari para pemudik berkendaraan motor itu, modal terbesarnya adalah nekad. Gimana nggak, menempuh jarak ratusan kilometer dengan mengendarai motor, ditambah tas ato barang bawaan yang ga sedikit, ditambah dua anak, yang satu masih bayi pula... Ckckck... (Gw aja yang udah di atas 20 tahun, langsung nolak mentah2 kalo ada yang ngajak mudik naik motor. Kayak apa rasanya badan. Nah ini... anak bayi bo'...) Anak yang lebih besar, biasanya di taruh di depan si Bapak yang mengendarai motor. Kalo gw sih mikirnya, kasian banget ga sih tuh anak, jadi tameng angin Bapaknya untuk jarak ratusan kilometer.

Pada saat arus mudik sedang puncak2nya, jangan kaget kalo SPBU berubah jadi pasar. SPBU emang jadi tempat favoritnya para pemudik untuk melepas lelah setelah menempuh jarak jauh. Makanya jangan heran kalo pas puncak2nya arus mudik, satu SPBU bisa diserbu oleh ratusan kendaraan (baik mobil ato motor) yang ingin sejenak melepaskan lelah sebelum melanjutkan perjalanan. Akibat dari penuhnya SPBU ini adalah antrian kamar mandi yang mirip dengan antrian sembako. Maklum, siapa yang ga butuh kamar mandi? :p

Anyhooooo... Terlepas dari betapa berat dan sengasaranya kisah-kisah para pemudik. Tapi, ga pernah tuh gw denger ada yang berkeluh kesah. Ga ada tuh yang terlihat tidak bahagia. Peristiwa setahun sekali, pulang ke kampung halaman, ketemu dengan keluarga yang ditinggalkan, dan akhirnya bisa merayakan hari raya bersama... Untuk semua itu, akhirnya orang bisa melakukan apa saja demi bisa mudik...

And... at the end... I love mudik... :)

Wednesday, September 16, 2009

No Tittle

Menganggapi komentar seseorang tentang ketidakkonsistenan gw nge-blog, akhirnya gw memutuskan untuk posting sesuatu deh... :p

***

sedang menata hati untuk perubahan yang luar biasa besar.
Pertemuan itu memang seringkali menyenangkan. Dan pertemuan yang menyenangkan pasti akan membuat perpisahan yang menyedihkan. Mungkin banyak orang yang ketika dihadapkan pada perpisahan yang menyedihkan, akhirnya lebih memilih lebih baik tidak pernah bertemu sekalian, sehingga tidak usah bersedih.

Tapi gw bersyukur, gw pernah mengalami pertemuan yang menyenangkan itu. Pertemuan yang akhirnya berlanjut pada hari-hari yang juga menyenangkan. Gw bersyukur karena pernah mengalami semua itu. Kalau pada akhirnya, sekarang gw harus berurusan dengan perpisahan yang menyedihkan itu, gw terima... :)

Monday, February 9, 2009

My Light

I’m so damn tired. Of hoping, wishing, waiting for my light come to my life. Someone detains my light. For a reason, she doesn’t want to give my light away. It is because someone else keeps her light. It’s not that she doesn’t want to give me my light, but because my light makes her alive.
Then, I almost give up. This stupid chain, why must appear in my life? I can’t even talk to her how I need my light so much. And for a so called damn ‘reason’, I might have to give up. Even though I don’t want to, but there’s no way out for me.