Saturday, October 3, 2009

Thanks to ...

Dulu...

* Hari jumat
Pegawai swasta : Iihhh.. kok lo pake batik siih..??
Pegawai negeri : Iya niih.. kalo Jumat wajib pake batik dari kantor. Lo enak ya, kalo jumat boleh pake kaos + jeans.
Pegawai swasta : Iya doonk.. Hari gini masih pake batik. Kayak orang mau kondangan aja.

* Nonton TV
A : Kok channelnya di ganti?
B : Bosen ah, lagi ada pertunjukan reog. Ntar aja kalo dah UNGU baru diganti lagi.

* makan siang
A : makan di mana?
B : di Hokben aja yuk, ato KFC?
A : Kalo masakan Padang lo lagi ga pengen ya?
B : uummm.... ga ah.. males.

***

situasi-situasi di atas, kalo boleh jujur, bukan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Gw pribadi pernah mengalami ketiga situasi di atas (well, not exactly that kind of situation of course). Dulu, kita bukanlah bangsa yang menghargai budaya sendiri. Gw ga percaya kalo ada anak muda zaman sekarang yang lebih pilih nonton wayang kulit dibanding konser Peter Pan, UNGU, ato apalah. Bahkan gw sendiri ga tau tari yang berasal dari Aceh selain tari Saman. Kalo boleh jujur, kita bukanlah bangsa yang menghargai budaya kita sendiri.

Tapi.....
Sejak muncul berita mengenai negara tetangga yang mulai mengklaim budaya milik Indonesia satu persatu, mendadak kita menjadi bangsa yang cinta Tanah Air. Cacian dan makian terang2an kita tujukan untuk negara tersebut. Kita mengatakan siap melakukan apapun untuk mempertahankan budaya kita, supaya tidak di ambil oleh bangsa lain. Wow... Hebat bukan..??

Ternyata harus seperti itu. Untuk membuat kita sadar, bahwa Negara ini adalah harta yang sangat berharga yang harus dijaga oleh setiap manusia yang hidup di dalamnya. Harus ada yang tercuri dulu, baru kemudian kita sadar bahwa masih banyak yang lain yang harus kita pertahankan.

Di luar perasaan gregetan gw liat Malaysia yang ternyata lebih cinta atau lebih aware dengan kekayaan budaya Indonesia, gw pribadi mau mengucapkan terima kasih. Kalau tidak ada masalah ini, mungkin budaya Indonesia yang sangat beragam akan tinggal menghitung waktu untuk kemudian hilang begitu saja. Batik hanya akan dikenakan oleh orang2 tua saja dan hanya dalam acara2 formal. Mungkin dalam 20 tahun lagi tidak akan ada lagi profesi dalang Wayang Kulit, karena generasi tua bangsa ini sudah tidak ada, dan sudah tidak ada lagi yang menganggap pertunjukan Wayang kulit sebagai pertunjukan yang menarik untuk ditonton.

Kalau saja kesadaran akan penghargaan terhadap budaya Indonesia dimiliki oleh semua (atau sebagian saja lah) bangsa Indonesia, kita tidak perlu khawatir akan kemungkinan pencurian budaya bangsa ini oleh bangsa lain. Harusnya kita memiliki hak paten atas semua kebudayaan yang dimiliki bangsa ini. Hak paten yang diakui oleh dunia. sehingga, tidak ada alasan bagi bangsa lain untuk mengklaim budaya kita sebagai budaya mereka. Tapi, kenyataan sekarang, bahkan masih sulit bagi kita untuk mengetahui pasti ada beerapa banyak suku pedalaman yang ada di Indonesia. Apa saja tradisi mereka, makanan pokok mereka, tarian atau upacara keagamaan mereka?

Ayo donk Indonesia. Jangan cuma bisa marah atau menghujat kalau ada yang mau mengklaim budaya kita sebagai budaya mereka. Jangan biarkan pengklaiman budaya kita, kita harus membuat hak paten atas setiap budaya yang kita punya. Kerja berat memang. Tapi itu konsekuensi dari menjadi rakyat negara ini. Negara yang kaya budaya.

And for Malaysia, I wanna say Thank You. For making us realize that we have Pendet, Reog, Batik, and the other things you try to possessed. Maybe someday, I won't surprise that you'll try to possess something that we don't even know that it's ours...

No comments: