Monday, September 15, 2008

Indonesia miskin apa?

"Indonesia itu negara yang miskin".
Mungkin kalimat di atas (bener2 di atas-nya baris ini :p), sudah cukup sering kita dengar. Dan seringnya kalo gw denger kalimat ini, gw cuma bisa berekspresi datar sambil dalam hati bilang, "Ah.. dah sering denger... ga heran.. :p" Tapi, belakangan ini, kalimat tersebut menjadi sesuatu yang mengganggu pikiran gw. Hhhmmm... Emang bener ya Indonesia miskin? Emang segitu miskinnya ya Indonesia sampe2 kalimat itu sering dibicarakan?

Jujur, buat gw yang tinggal di Ibukota negara, buat membuktikan secara langsung bahwa Indonesia adalah benar negara yang miskin adalah sesuatu yang sulit. Setiap hari gw melihat mall2 besar di hampir setiap ruas jalan, tetap saja ramai dikunjungi orang meskipun harga BBM baru saja 'disesuaikan' oleh pemerintah. Gw juga heran, kenapa jumlah mall di Jakarta masih saja di anggap kurang ya? Sampe2 pembangunan mall belum juga di rasa cukup. Bahkan belakangan ini gw sering sekali melihat iklah apartemen di tayangkan berkali2 oleh beberapa stasiun TV. Dan hebatnya, apartemen2 baru terus saja bermunculan. Membabat habis setiap lahan kosong di Jakarta.

Yahh.. di Jakarta memang tidak sulit menjumpai pemukiman kumuh di bantaran sungai yang sangat tidak layak huni. Mungkin pemandangan tersebut bisa menjadi dasar untuk menyebut Indonesia sebagai negara yang miskin. Karena di Ibukotanya saja masih terdapat banyak rumah atau lingkungan tidak layak huni. Akan tetapi, jumlah pemukiman tidak layak huni itu tidak juga lebih banyak atau lebih luas daerahnya dibanding kawasan elit seperti Pondok Indah, Menteng, Kemang, Cempaka Putih, Kelapa Gading, dan kawasan2 elit lainnya.

Memang di Jakarta terdapat banyak sekali pengemis, pengamen, anak2 jalanan yang berkeliaran di setiap perempatan jalan atau kawasan2 rawan macet. Tapi, di Jakarta, berprofesi sebagai pengemis atau pengamen jalanan termasuk profesi yang menguntungkan. Sehingga akhirnya, banyak orang yang sebenarnya mampu, ikut2an berprofesi sebagai pengemis untuk menambah penghasilan.
Bagaimana mungkin, negara yang bahkan menjadi pengemis atau pengamen jalanan dijadikan salah satu alternatif profesi bagi sebagian warganya, dianggap sebagai negara yang miskin?

Semakin hari, jalanan Jakarta semakin penuh sesak dengan kendaraan bermotor. Kemacetan semakin parah, meskipun angkutan transportasi yang mengusung kenyamanan telah secara massal dibuat. Orang masih lebih pilih duduk nyaman di dalam mobilnya masing2 sambil menggerutu dalam kemaetan, atau siap siaga di belakang kemudi motor sambil menahan panas yang menyengat daripada harus naik angkutan umum.

Setiap tahun kepemilikan kendaraan bermotor meningkat pesat. Setiap 3 bulan sekali muncul model baru handphone, notebook, mp3/mp4 player, dan barang2 elektronik lainnya. Hal ini dikarenakan Indonesia menjadi pasar yang menjanjikan bagi produsen2 barang elektronik tersebut. Hhh.... kenapa kalau harga beras, minyak, atau harga kebutuhan pokok lain yang naik, warga protes habis2an. Tapi, kalo ada model handphone terbaru yang baru keluar dengan harga yang cukup mahal, segala cara dilakukan agar bisa membeli produk up-to-date tersebut?

Indonesia adalah negara yang miskin.
Yah.. mungkin kalimat di atas benar. Tapi, justru yang harus ditekankan adalah kenapa Indonesia bisa menjadi negara miskin? Di saat ratusan mall di serbu oleh banyak orang. Di saat mobil, motor, handphone, notebook sudah menjadi barang kebutuhan sekunder. Kenapa Indonesia masih saja tetap menjadi negara miskin?

Sebenernya Indonesia itu miskin apa?

1 comment: